Kamis, 22 Desember 2011

Hari ini special bagi seorang ibu? Memangnya hari-hari yang lain tidak special?

Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa, dahulu mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarahYunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.
Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australi...a, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara.

Ah.. tau kah anda sejarah mengapa di Indonesia pada tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai hari ibu?
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia,R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Tapi mari kita sedikit menepi, tentang apa semua ini…

• Bukan bermaksud mengambil jalan lain dari perayaan Hari Ibu. Tapi,sejatinya ibu lebih, melampaui peringatan-peringatan tersebut. Hari ini tidak berarti apapun dibanding hari-hari itu..

• Ibu, bagi kita adalah jaminan surga. Setiap hari kita dianjurkan mendoakan mereka, mengucapkan sayang kepada mereka, dan mengharapkan kebaikan untuk mereka..

• Ibu, tidak membutuhkan hari spesial hanya sekedar menunjukkan balas jasa anak-anaknya, mereka hanya butuh kita menjadi manusia-manusia shalih perindu surga..

• Pun,Ibu tidak butuh formalitas doa atau ucapan cinta kita. Mereka hanya butuh kita menjadi pelita bagi kegelapan, penunjuk jalan bagi kealpaan..

• Karena ibu-ibu kita adalah manusia pilihan yang melahirkan anak-anak hebat. Siapakah anak-anak hebat? Mereka yang memahami apa makna perjuangan hidup..

• Ibu seperti kupu-kupu yang tidak pernah tau betapa indah sayap-sayap mereka. Ibu mungkin tidak mau tau, karena tugas mereka hanyalah menjadikan indah dunia bagi anak-anak mereka..

• Pernah mendengar kisah seorang lelaki yang mengabdi kepada ibunya yang lumpuh? Lelaki tersebut memandikan, menyucikan hadats ibunya. Ia pun ikhlas mlakukannya

• Begitu terus dari hari ke hari. Tetapi, entah mengapa ia bertanya kepada Umar bin Khatab: "Apakah pengabdianku sudah cukup untuk membalas budi Ibuku?"

• Lalu Umar menjawab: "TIdak! Tidak cukup! Karena kau melakukan itu sembari menunggu kematiannya, sedangkan ibumu merawatmu sembari mengharap kehidupanmu."

• Rekan-rekan, jika hari ini dianggap begitu spesial utk Ibu, maka jauh sebelum itu ibu-ibu kita telah menjadikan seluruh hari-harinya spesial untuk kita!

• Jadi, bakti kita jangan seolah-olah terbayar dengan satu hari. JAUH, JAUH, dan JAUH. Bahkan tidak akan pernah bisa mereposisi hari-hari ibu yang kita renggut.

• "Ya, Rasulullah. Aku ingin ikut dalam peperangan, tapi sebelumnya Aku minta pendapat Anda." Rasulullah SAW bertanya, "Apakah kamu masih punya ibu?"
"Punya," jawabnya. Rasulullah SAW, "Jagalah beliau, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua telapak kakinya." (HR An-Nasai, Ahmad & Ath-Thabarani)

• Mari berbakti kepada Ibu dan bapak kita hari demi hari. Tanpa kalkulasi sebanyak apa mereka "mengabdi" dalam tumbuh-kembang kita. Karena tak akan pernah bisa terbayar.

“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka telah memelihara / mendidikku sewaktu aku kecil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar